Anak Sebagai Anugerah Allah dan Sumber Kebahagiaan Yang Harus Disyukuri
Anak sebagai anugerah dari Allah, maka sebagai orang tua sudah tentunya harus memahami cara mewujudkan kebahagiaan anak yang bersumber dari keluarga sakinah. Lantas bagaimana memahami Anak sebagai anugerah dan sumber kebahagiaan ? Kami telah menyiapkan ulasan berikut ini.
Anak Sebagai Anugerah dan Sumber
Kebahabiaan
Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi orangtua dan
keluarganya, karena kehadiran si buah hati ini dapat menambah semarak keceriaan
kehidupan rumah tangga.
Apalagi anak-anak yang kita miliki adalah anak yang saleh
dan salehah, sehingga dapat menjadi penghibur hati pada saat suka maupun duka.
Hal tersebut sebagaimana diisyaratkan dalam sebuah doa dalam Surah Al-Furqân
(25) ayat 74, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa.” Selain sebagai penghibur hati, anak merupakan
perhiasan kehidupan dunia.
Allah Swt. berfirman, Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia (QS Al-Kahfi
[18]: 46). Kehadiran anak-anak yang saleh dan salehah memang menjadi kebanggaan
bagi orangtuanya, karena kehadirannya berguna tidak hanya untuk dirinya, tapi
bagi kepentingan orang banyak, bahkan dapat mengharumkan nama orangtuanya.
Apalagi kiprah
dan pengabdian anaknya di masyarakat diakui secara luas, bahkan melebihi
popularitas orangtuanya, pasti menjadi kebanggaan tersendiri karena pengorbanan
orangtuanya tidak sia-sia dalam membesarkan dan mendidiknya.
Sebagai contoh,
kita bisa saksikan ketika sedang berkumpul bersama saudara atau kawan yang lama
tidak bertemu selalu muncul pertanyaan, punya anak berapa? Tidak ada yang
bertanya, mobilnya berapa atau hartamu apa saja?
Situasi tersebut
terjadi dalam semua lapisan sosial masyarakat, tidak hanya di kalangan
masyarakat menengah ke bawah, kalangan menengah ke atas pun demikian. Hal ini
menunjukkan bahwa anak merupakan kebanggaan bagi keluarga, apalagi kalau
anaknya tergolong sukses, baik dalam karier mau pun pendidikannya.
Bahkan, pada
sebagian masyarakat ada yang menganggap bahwa anak adalah aset, dengan harapan
kelak setelah mereka dewasa dan orangtuanya pensiun atau berhenti bekerja,
dapat menjadi tumpuan ekonomi keluarganya. Bagi mereka yang memiliki perusahaan
berharap anaknya bisa menggantikan posisi orang tua di perusahaannya. Anggapan
tersebut tidak salah, tetapi pada masa Rasulullah Saw. tidak ada hadis yang
menceritakan hal tersebut, begitu juga dalam tradisi Islam.