Mengapa Perlu Memberi Nama Yang Baik Pada Bayi ?
Salam ayah bunda, kali ini Islam Parenting akan menguraikan pentingnya memberikan nama yang baik kepada bayi kita. Sub uraianya meliputi : Memberi Nama Yang Baik, Nama Sebagai Doa, Nama Sebagai Identitas. Sebelumnya kami juga telah menguraikan hikmahmengazankan dan mengaqiqah bayi dalam islam, pastikan kamu telah membacanya.
Memberi Nama Yang Baik Kepada
Bayi
Menurut ajaran
Islam, nama bagi seseorang memiliki makna yang sangat penting. Islam
menganjurkan, seorang anak hendaknya diberi nama dengan nama yang baik dan
indah, sebagaimana anjuran Nabi Muhammad Saw. “Hak anak yang wajib dipenuhi
oleh orangtua adalah memperbaiki budi pekertinya dan menamainya dengan sebuah
nama yang baik dan indah.”
Meskipun
seseorang menjadi terkenal, diagungkan, dan dimuliakan bukan karena namanya,
memilih nama yang baik sesuai dengan harapan yang akan dilekatkan pada diri
anak tersebut sangat dianjurkan. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Umar
bin Khaththab ditanya oleh seorang anak mengenai hak anak yang harus diperoleh
dari bapaknya.
Umar kemudian
menjawab, “Agar bapaknya memilihkan ibunya, memberikan nama yang baik, dan
mengajarkan Al-Quran kepadanya.” Nama memiliki makna yang sangat penting
bagi kehidupan anak, karena dengan nama tersebut ia dipanggil dan dikenal oleh
orang-orang di sekelilingnya. Selain itu, pencantuman nama yang baik dan indah memiliki
maksud tertentu. Pemberian nama memiliki dua fungsi, yaitu sebagai doa, juga
sebagai bukti identitas diri.
Nama sebagai Doa
Apabila orangtua
menamai anaknya dengan nama, misalnya, Habibullah (kekasih Allah), tentu mereka
berharap anaknya akan selalu dicintai oleh Allah Sang Penciptanya. Demikian
pula nama Muttaqin, pasti pemberi nama menginginkan anaknya tumbuh besar
sebagai orang bertakwa yang taat menjalankan agama. Dalam hal ini, Islam tidak
memaksa seorang Muslim untuk menggunakan nama-nama Islam yang berasal dari
lafaz Arab bagi anak-anaknya.
Mereka boleh
menamai anak-anaknya dengan nama sesuai dengan bahasa ibunya, misalnya, berasal
dari bahasa Batak, Jawa, Sunda, dan daerah lainnya, yang penting nama tersebut
mempunyai arti yang baik. Sebab, sebuah nama mengandung harapan dan doa.
Misalnya, anak yang menyandang nama Ahmad, orangtuanya sangat mengharapkannya
kelak menjadi anak yang terpuji. Selamet dan Bejo, ibunya pasti berharap
anaknya kelak selalu hidup dalam keadaan selamat dan sejahtera, baik di dunia
maupun akhirat.
Kawther AlMinawi
dalam bukunya The Child Rights in Islam berpendapat bahwa nama baik yang
diberikan kepada anak tersebut terdapat tiga macam: pertama, terbaik dan
tertinggi nilainya adalah nama-nama seperti Abdullah, Abdurrahman, Abdul Rahim,
Abdussalam, dan yang lainnya. Nama-nama tersebut diambil dari nama-nama sifat
Tuhan yang populer disebut sebagai Al-Asma’ Al-Husna. Perlu diketahui bahwa
memakai atau mengadopsi nama sifat Tuhan tadi harus diawali dengan kata Abdu,
yang berarti hamba, dan meniadakan kata Abdu di depan Al-Asma’ Al-Husna
dianggap tidak etis secara syariat karena menyamai nama Tuhan. Kedua, bagi
seorang Muslim dianjurkan memberikan nama dengan nama-nama nabi dan rasul,
seperti Muhammad, Ahmad, dan nama-nama nabi lainnya. Ketiga, namnama yang benar
dan mulia yang menggambarkan kemuliaan bagi umat manusia, misalnya, Al-Harits
dan Hammam. Al-Harits berarti seorang petani yang rajin bekerja di ladang,
sedangkan Hammam adalah seorang yang peduli terhadap urusan sosial
kemasyarakatan.
“Hak anak yang
wajib dipenuhi oleh orangtua adalah memperbaiki budi pekertinya dan menamainya
dengan sebuah nama yang baik dan indah.”
Di samping itu,
banyak orang menamai anaknya seperti nama orang yang dikagumi, dan berharap
pula kelak anaknya bisa seperti dia. Misalnya, menamai putrinya dengan Fathimah
disertai harapan agar putrinya kelak bisa seperti Fathimah Al Zahra, putri
Rasulullah, atau setidaknya seperti Fathimah Mernisi, seorang penulis kenamaan
dan feminis Muslim yang peduli dengan masalah perempuan.
Agar anaknya
kelak bisa menjadi perempuan pengusaha, ia diberi nama Khadijah.34 Agar anak
perempuannya kelak menjadi pejuang yang cerdas, diberi nama Aisyah35dan
sebagainya.
Nama sebagai Identitas Bayi
Nama bisa
digunakan untuk mengetahui identitas seseorang. Menggunakan nama dengan
kata-kata yang terdapat dalam Al-Quran, biasanya penyandang nama tersebut
adalah Muslim. Begitu juga dengan penganut agama lain, mereka menggunakan nama
Tokoh-tokoh yang dikisahkan dalam kitab suci mereka.
Nama yang
dipandang memiliki arti tidak baik, biasanya setelah orangtuanya atau yang
bersangkutan mengetahui artinya, mereka menggantinya dengan nama yang bermakna
lebih baik. Pada zaman dulu, tradisi di beberapa pesantren, kiai umumnya tidak
segan mengganti nama santrinya yang memiliki makna kurang baik.
Tradisi tersebut
rupanya mengikuti hadis Nabi Saw. Menurut Aisyah r.a., Rasulullah Saw. pernah
mengubah nama-nama yang menurut beliau dianggap kurang baik. Alasan untuk
mengganti nama tidak hanya karena kurang baik artinya, bisa juga karena
terlampau asing dan terlalu panjang, sehingga sering kali menyulitkan orang
lain untuk mengingatnya.
Di antaranya
sebagaimana pengalaman yang diceritakan oleh Kawther Al-Minawi, tatkala ia
berada di Pusat Kesehatan atau RS Islam Riyadh, Saudi Arabia, ia mendengar
seorang dokter menasihati seorang ibu yang baru melahirkan anak.
Ibu tersebut
dianjurkan untuk memilih nama yang baik dan islami bagi anaknya, sehingga ia
mudah dikenal dan dihafal oleh orang lain. Dokter itu pun mengingatkan kepada
pasiennya agar tidak memberi nama anaknya dengan nama yang panjang, sebab hal
itu akan menyulitkan dan membingungkan. Dalam konteks cerita Al-Minawi, sangat
logis kalau dokter menyarankan untuk mengganti nama yang islami, karena
komunitas di sekeliling pasien tersebut adalah orang Arab.
Dengan nama
Islam, bagi dokter lebih mudah mengenal dan mengingatnya. Tetapi, untuk konteks
masyarakat Indonesia agak berbeda. Sebagian orang melekatkan nama islami di
depan atau di belakang yang dipadukan dengan nama khas Indonesia yang
diinginkan, misalnya, Ahmad Saryanto. Dengan begitu, orang menjadi tahu kalau
dia itu Muslim karena tercantum Ahmad pada namanya, dan orang lain lebih mudah
mengenal identitasnya bahwa dia berasal dari keturunan Jawa.
Banyak juga yang
memberi nama anak dengan mencantumkan nama marga orangtua di belakang namanya
sebagai identitas. Semua itu tidak dilarang dalam Islam. Dalam kondisi normal,
sebelum kelahiran anak, orangtua dapat berembuk untuk mencarikan nama-nama yang
baik dan indah bagi buah hati yang akan lahir. Di kalangan awam, biasanya
mereka mendatangi seorang kiai, ustaz, atau tokoh masyarakat agar dibantu
mencarikan nama yang bagus untuk anaknya, dan bagi kalangan terpelajar kini
dengan mudah dapat mencarinya dalam buku kumpulan nama-nama indah dengan
berbagai judul.